PAI E IAIN PONOROGO

Kamis, 05 Juli 2018

MATERI PAI KLS XI BAB 3

Materi PAI Kelas XI Semester1 BAB 3

BAB 3 KEPEDULIAN UMAT ISLAM TERHADAP JENAZAH
A.  Perawatan Jenazah
Apabila  seseorang telah  dinyatakan positif  meninggal  dunia,  ada  beberapa hal yang harus disegerakan dalam pengurusan  jenazah  oleh  keluarganya, yaitu: memandikan, mengafani, menyalati  dan  menguburnya.  Namun, sebelum mayat itu dimandikan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan terhadap  kondisi jenazah,  yaitu  seperti berikut. 
1.  Pejamkanlah matanya  dan  mohonkanlah  ampun kepada  Allah  Swt. atas segala dosanya. 
2.  Tutuplah  seluruh badannya  dengan kain  sebagai  penghormatan  dan agar  tidak kelihatan auratnya. 
3.  Ditempatkan di tempat yang aman dari jangkauan binatang.  
4.  Bagi keluarga dan sahabat-sahabat dekatnya tidak dilarang mencium  si mayat.
1.  Memandikan Jenazah 
Syarat-syarat wajib memandikan jenazah 
a.  Jenazah itu orang Islam.
b.  Didapati tubuhnya walaupun sedikit. 
c.  Bukan  mati  syahid  (mati  dalam  peperangan  untuk  membela  agama  Islam seperti yang terjadi pada masa Nabi Muhammad saw.). 
Yang berhak memandikan  jenazah
a.  Apabila  jenazah  itu  laki-laki,  yang  memandikannya  hendaklah  laki-laki pula.  Perempuan  tidak  boleh  memandikan  jenazah  laki-laki,  kecuali  istri dan  mahram-nya. 
b.  Apabila  jenazah  itu  perempuan, hendaklah  dimandikan  oleh  perempuan pula, laki-laki tidak boleh memandikan kecuali suami atau  mahram-nya. 
c.  Apabila  jenazah  itu  seorang istri, sementara  suami  dan  mahram-nya  ada semua, suami lebih berhak untuk memandikan istrinya. 
d.  Apabila  jenazah  itu  seorang suami, sementara  istri  dan  mahram-nya  ada semua, istri lebih berhak untuk memandikan suaminya.
Kalau mayat anak laki-laki masih kecil, perempuan boleh memandikannya.  Begitu juga kalau mayat  anak perempuan  masih kecil, laki-laki boleh memandikannya. 
Berikut  ini  tata  cara  memandikan jenazah
a. Di tempat tertutup agar yang melihat hanya  orang-orang  yang memandikan  dan yang mengurusnya saja. 
b. Mayat  diletakkan  di  tempat yang tinggi seperti dipan.
c.  Dipakaikan  kain basahan seperti sarung agar auratnya tidak terbuka. 
d.  Mayat  didudukkan  atau  disandarkan  pada  sesuatu,  lantas disapu  perutnya sambil ditekan pelan-pelan agar semua kotorannya keluar, lantas dibersihkan dengan tangan kirinya, dianjurkan mengenakan sarung tangan. Dalam hal ini  boleh  memakai  wangi-wangian  agar  tidak  terganggu  bau  kotoran  si mayat. 
e.  Setelah  itu  hendaklah  mengganti  sarung tangan  untuk  membersihkan  mulut dan gigi si mayat. 
f.  Membersihkan semua kotoran dan najis. 
g.  Mewudhukan,  setelah  itu membasuh seluruh badannya. 
h.  Disunahkan membasuh  tiga sampai lima kali. Air untuk memandikan  mayat sebaiknya dingin. Kecuali  udara sangat dingin atau terdapat  kotoran yang sulit dihilangkan,  boleh menggunakan air hangat.
2. Mengafani Jenazah 

Pembelian  kain  kafan  diambilkan  dari  uang si mayat  sendiri.  Apabila  tidak ada, orang yang selama  ini menghidupinya  yang membelikan  kain kafan. Jika ia tidak  mampu,  boleh  diambilkan  dari  uang  kas  masjid,  atau  kas  RT/RW,  atau  yang lainnya  secara sah.  Apabila tidak ada sama sekali, wajib atas orang muslim yang mampu untuk membiayainya. 
Kain kafan paling  tidak  satu lapis. Sebaiknya  tiga  lapis bagi mayat  laki-laki dan lima  lapis  bagi  mayat  perempuan.  Setiap  satu lapis  di antaranya  merupakan kain  basahan.  Abu Salamah  ra. menceritakan,  bahwa ia  pernah  bertanya  kepada ‘Aisyah ra.  “Berapa  lapiskah  kain  kafan  Rasulullah  saw.?”  “Tiga  lapis  kain putih,”  jawab  Aisyah. (HR. Muslim). 
Cara membungkusnya adalah hamparkan  kain kafan helai  demi helai dengan menaburkan kapur barus pada tiap  lapisnya.  Kemudian,  si mayat diletakkan  di atasnya. Kedua tangannya dilipat  di  atas dada  dengan  tangan kanan di atas tangan kiri. Mengafaninya pun  tidak  boleh  asal-asalan.  “Apabila kalian  mengafani  mayat  saudara kalian, kafanilah  sebaik-baiknya.” 
3. Menyalati Jenazah 
Orang yang  meninggal  dunia  dalam keadaan  Islam berhak untuk di-ṡalatkan. Sabda Rasulullah saw. “Ṡalatkanlah  orang-orang  yang telah mati.”  (HR. Ibnu Majah).  “Salatkanlah  olehmu orang-orang yang mengucapkan: “Lailaaha  Illallah.”(HR.Daruquṭni). Dengan demikian,  jelaslah  bahwa orangyangberhakdiṡalatiialahorang yang  meninggal  dunia  dalam  keadaan beriman  kepada  Allah  Swt. Adapun orang yang telah murtad dilarang untuk disalati.
syarat mayat yang disalati
1.  suci, baik suci badan, tempat, dan pakaian. 
2.  sudah dimandikan dan dikafani. 
3.  jenazah sudah berada di depan orang yang menyalatkan  atau sebelah kiblat. 
4. Mengubur  Jenazah
Perihal mengubur jenazah ada beberapa penjelasan sebagai berikut. 
1.  Rasulullah saw. menganjurkan agar jenazah segera dikuburkan, sesuai sabdanya: 
2.  Sebaiknya menguburkan jenazah pada siang hari. Mengubur mayat pada malam  hari diperbolehkan  apabila  dalam  keadaan  terpaksa seperti  karena  bau yang  sangat  menyengat  meskipun  sudah diberi  wangi-wangian,  atau  karena sesuatu hal lain yang harus disegerakan untuk  dikubur. 
3.  Anjuran meluaskan lubang kubur. Rasulullah  saw. pernah  mengantar  jenazah sampai  di kuburnya. Lalu,  beliau  duduk di tepi  lubang kubur, dan bersabda, “Luaskanlah pada bagian  kepala,  dan luaskan  juga  pada bagian  kakinya.  Ada beberapa kurma baginya di surga.”  (HR. Ahmad  dan Abu  Dawud)
4.  Boleh menguburkan  dua tiga jenazah dalam satu liang kubur. Hal itu dilakukan sewaktu usai perang Uhud.  Rasulullah saw. bersabda,  “Galilah dan dalamkanlah. Baguskanlah dan masukkanlah  dua atau tiga  orang di  dalam satu liang kubur. Dahulukanlah (masukkan lebih  dulu)  orang yang  paling  banyak  hafal  alQur’ān.”  (HR. Nasai dan  Tirmidzi dari Hisyam bin  Amir ra.) 
5.  Bacaan  meletakkan  mayat dalam  kubur.   Apabila meletakkan  mayat  dalam kubur, Rasulullah saw. membaca: 
Dalam riwayat lain, Rasulullah saw. membaca:  
6.  Larangan memperindah kuburan. Jabir ra. menerangkan,  “Rasulullah saw. melarang mengecat kuburan, duduk, dan membuat bangunan di atasnya.” (HR. Muslim) 
7.  Sebelum dikubur, ahli waris atau keluarga hendaklah bersedia menjadi penjamin atau menyelesaikan atas hutang-hutang si mayat jika ada, baik dari harta yang ditinggalkannya  atau  dari  sumbangan  keluarganya.  Nabi  Muhammad  saw. bersabda:  “Diri orang mu’min itu  tergantung  (tidak  sampai  ke  hadirat  Tuhan), karena hutangnya, sampai  dibayar dahulu utangnya itu (oleh keluarganya).” (HR.  Ahmad dan  Tirmidzi dari  Abu Hurairah ra.)
B. Ta’ziyyah  (Melayat)
Ta’ziyyah  atau melayat  adalah mengunjungi  orang yang sedang tertimpa  musibah kematian  salah seorang keluarganya dalam rangka  menghibur  atau  memberi semangat.  Para  mu’azziy³n  (orang laki-laki  yang ber-ta’ziyyah) atau mu’azziyāt  (orang perempuan yang ber-ta’ziyyah) hendaknya memberikan  dorongan kekuatan mental  atau  menasihati  agar  orang yang tertimpa  musibah tetap sabar dan tabah menghadapi  musibah ini.  Umayah  ra.  mengatakan  bahwa  anak perempuan Rasulullah  saw. menyuruh seseorang untuk memanggil dan memberi tahu beliau  bahwa anaknya  dalam keadaan  hampir mati. Lalu, beliau  bersabda, “Kembalilah engkau kepadanya. Katakan bahwa segala yang diambil dan yang diberikan,  bahkan  apa pun yang  ada di  hadapan kita  kepunyaan  Allah.  Dialah yang menentukan ajalnya, maka suruhlah ia sabar  dan tunduk kepada perintah.” (HR. Bukhari Muslim) 
Adab (etika) orang ber-ta’ziyyah  antara lain seperti berikut. 
1.  Menyampaikan doa untuk kebaikan dan ampunan terhadap orang yang meninggal serta kesabaran bagi orang yang ditinggal. 
2.  Hindarilah pembicaraan yang menambah sedih keluarga yang ditimpa musibah. 
3.  Hindarilah canda-tawa apalagi sampai terbahak-bahak. 
4.  Usahakan turut menyalati mayat  dan turut mengantarkan  ke pemakaman sampai selesai penguburan. 
5.  Membuatkan makanan bagi keluarga yang ditimpa musibah. 
Demikian  diperintahkan  Rasulullah  saw. kepada  keluarganya  sewaktu keluarga Ja’far ditimpa kematian (HR. Lima  Ahli Hadis kecuali Nasai). 

C.  Ziarah Kubur
Ziarah  artinya  berkunjung,  kubur  artinya  kuburan.  Ziarah  kubur  artinya berkunjung ke kuburan.  Awalnya Rasulullah  saw. melarang umat Islam untuk berziarah kubur karena dikhawatirkan akan melakukan sesuatu hal yang tidak baik, misalnya  menangis  di atas kuburan, bersedih, meratapi,  bahkan yang lebih bahaya adalah mengultuskan  mayat yang ada di kuburan.  Akan tetapi,  karena
mengingat  mati itu penting, dan di antara mengingat  mati adalah ziarah kubur,  Rasulullah saw. menganjurkan berziarah dengan tujuan untuk mengingat mati. Rasulullah saw.  bersabda: 
Di antara hikmah dari ziarah kubur ini antara lain seperti berikut. 
1.  Mengingat  kematian. 
2.  Dapat  bersikap  zuhud  (menjauhkan diri dari sifat keduniawian). 
3.  Selalu  ingin berbuat  baik sebagai bekal kelak di alam  kubur dan hari akhir. 
4.  Mendoakan  si  mayat  yang  muslim agar  diampuni  dosanya  dan  diberi kesejahteraan di akhirat. 
Adab  atau  etika berziarah kubur, yaitu: 
1.  Ketika  mau berziarah,  niatkan  dengan ikhlas karena  Allah Swt., tunduk hati dan merasa diawasi oleh  Allah Swt. 
2.  Sesampai di pintu kuburan, ucapkan salam sebagaimana yang diajarkan  oleh Rasulullah saw.: 
3.  Tidak banyak bicara mengenai urusan dunia di atas kuburan. 
4.  Berdoa untuk ampunan dan kesejahteraan  si mayat  di alam  barzah  dan akhirat kelak. 
5.  Diusahakan  tidak  berjalan  melangkahi  kuburan  atau  menduduki  nisan  (tanda kuburan).
Kita sebagai muslim harus peduli dengan orang lain, terutama  yang berada di sekitar  kita.  Ketika  ada orang yang meninggal  atau  musibah lainnya,  selayaknya kita harus  memperlihatkan  perilaku-perilaku  mulia antara lain seperti berikut. 
1.  Segera  mengunjungi  keluarga  yang  terkena  musibah, mendoakan  mayat, mengucapkan turut berduka kepada keluarga yang ditinggalkan.
2.  Membantu  persiapan pengurusan jenazah  seperti memandikan,  mengafani, menyalati, dan menguburkan. 
3.  Memberikan bantuan  kepada keluarga korban untuk memperingan  bebannya sesuai kemampuan kita. 
4.  Menghibur keluarga korban dengan ungkapan-ungkapan optimistis dan nasihat tentang kesabaran dan ketabahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar